إن الله يغفر الذنوب جميعا
Oleh:
Syaikh Nasyat Kamal
الشيخ نشأت كمال
قال تعالى: ﴿ قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴾ [الزمر: 53].
هذه الآية تدل على كمال رحمة الله، وفضله وإحسانه في حق العبيد،وقد سبق هذه الآية آياتُ الوعيد الشديدة حتى بلغت من نفوس سامعيها أي مبلغ من الرعب والخوف، وقد يبلغ بهم وقعها مبلغ اليأس من سعي يُنْجيهم من وعيدها، فأعقبها الله ببعث الرجاء في نفوسهم للخروج إلى ساحل النجاة إذا أرادوها على عادة هذا الكتاب المجيد من مداواة النفوس بمزيج الترغيب والترهيب.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53).
Ayat ini menunjukkan sempurnanya rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, serta karunia dan kebaikan-Nya yang dilimpahkan kepada para hamba-Nya. Sebelum ayat ini, disebutkan ayat-ayat yang berisi ancaman keras, hingga setiap jiwa yang mendengarnya dapat merasakan kengerian dan ketakutan yang luar biasa, dan bisa jadi akan menimbulkan keputusasaan dalam berusaha menyelamatkan diri dari ancamannya.
Oleh sebab itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan setelahnya ayat ini untuk menumbuhkan kembali harapan dalam diri mereka agar dapat keluar menuju tepi keselamatan apabila mereka menghendakinya. Inilah metode yang biasa dipakai dalam kitab yang mulia ini dalam mengobati jiwa dengan mengombinasikan antara pemberian ancaman dan harapan.
قال ابن كثير رحمه الله: هذه الآية الكريمة دعوة لجميع العُصاة من الكفرة وغيرهم إلى التوبة والإنابة، وإخبار بأن الله يغفر الذنوب جميعًا لمن تاب منها ورجع عنها، وإن كانت مهما كانت، وإن كثرت وكانت مثل زبد البحر.
ثم ذكر ابن كثير رحمه الله أنه يُستثنى من عموم المغفرة طائفة من الناس وهم المشركون، فلا يصحُّ حمل هذه الآية عليهم حال كفرهم وشركهم؛ لأن الشرك لا يُغفَر لمن لم يَتُبْ منه، وهذا كلامٌ صحيح.
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Ayat yang mulia ini merupakan seruan bagi seluruh pelaku maksiat —baik itu dari golongan orang-orang kafir maupun selain mereka— untuk bertobat dan insaf, juga sebagai pesan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha Mengampuni seluruh dosa bagi orang yang bertobat dan insaf darinya, dosa apa pun itu dan bagaimanapun itu, meskipun sebanyak buih di lautan.”
Kemudian Ibnu Katsir rahimahullah kemudian menyebutkan bahwa keluasan ampunan ini tidak berlaku bagi sebagian golongan manusia, yaitu orang-orang musyrik. Tidak benar jika ayat ini ditujukan kepada mereka saat mereka dalam keadaan kafir dan musyrik, karena kesyirikan tidak akan diampuni jika pelakunya tidak bertobat darinya, dan inilah pendapat yang benar.
فعن ابن عباس رضي الله عنهما، أنَّ ناسًا من أهل الشرك كانوا قد قتلوا فأكثروا، وزنوا فأكثروا، فأتوا محمدًا صلى الله عليه وسلم، فقالوا: إن الذي تقول وتدعو إليه لحسن لو تخبرنا أن لما عملنا كفَّارة، فنزل: ﴿ وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ﴾ [الفرقان: 68]، ونزل قوله: ﴿ قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ﴾ [الزمر: 53]؛ رواه البخاري ومسلم.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa dulu orang-orang musyrik telah banyak membunuh dan berzina, lalu mereka datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan berkata, “Sungguh yang kamu ucapkan dan serukan ini adalah hal yang bagus, kalaulah kamu sampaikan kepada kami bahwa apa yang telah kami lakukan ini ada penggugurnya?” Kemudian turunlah ayat:
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ
“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain, tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina.” (QS. Al-Furqan: 68). Juga turun ayat:
قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah.’” (QS. Az-Zumar: 53). (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
عن ابن عباس رضي الله عنهما في قوله: ﴿ قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ﴾ إلى آخر الآية، قال: قد دعا الله إلى مغفرته من زعم أن المسيح هو الله، ومن زعم أن المسيح هو ابن الله، ومن زعم أن عزيرًا ابن الله، ومن زعم أن الله فقير، ومن زعم أن يد الله مغلولة، ومن زعم أن الله ثالث ثلاثة، يقول الله تعالى لهؤلاء: ﴿ أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴾ [المائدة: 74].
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkaitan dengan firman Allah: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53).
Bahwa ia berkata, “Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyerukan ampunan-Nya bagi orang yang telah mengklaim bahwa Isa adalah Allah, mengklaim Isa adalah anak Allah, mengklaim Uzair adalah anak Allah, mengklaim Allah itu miskin, mengklaim bahwa tangan Allah terbelenggu, dan mengklaim bahwa Allah merupakan tiga oknum tuhan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepada mereka:
أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya? Padahal Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah: 74).
وعن ابن مسعود أنه قال: إن أعظم آية في كتاب الله: ﴿ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ﴾ [البقرة: 255]، وإن أجمع آية في القرآن بخيرٍ وشرٍّ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ ﴾ [النحل: 90]، وإن أكثر آية في القرآن فرجًا في سورة الغرف: ﴿ قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ﴾ [الزمر: 53]، وإن أشد آية في كتاب الله تصريفًا ﴿ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ﴾ [الطلاق: 2، 3].
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa ia berkata, “Ayat yang paling agung dalam Kitabullah adalah:
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
‘Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).’ (QS. Al-Baqarah: 255).
Dan ayat yang paling lengkap menyebutkan kebaikan dan keburukan dalam Al-Qur’an adalah:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
‘Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan.’ (QS. An-Nahl: 90).
Sedangkan ayat dalam Al-Qur’an yang paling banyak menghadirkan jalan keluar adalah yang ada dalam surat Al-Ghuraf (Az-Zumar):
قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah.’” (QS. Az-Zumar: 53).
Adapun ayat dalam Kitabullah yang paling mengubah keadaan adalah:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga.” (QS. At-Talaq: 2-3).
و(الإسراف): الإكثار، والمراد به هنا الإسراف في الذنوب والمعاصي.
و(القنوط): اليأس، وقد نهى الله عنه في كتابه كما في قوله تعالى: ﴿ قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ ﴾ [الحجر: 56]، وقال: ﴿ يَابَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ ﴾ [يوسف: 87].
Yang dimaksud dengan “الإسراف” (melampaui batas) —dalam surat Az-Zumar ayat 53)— adalah melampaui batas dalam melakukan dosa dan kemaksiatan. Sedangkan maksud dari “اليأس” (putus asa) adalah putus harapan dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah melarang putus asa dalam Kitab-Nya, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ
Dia (Ibrahim) berkata, “Adakah orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya selain orang yang sesat?” (QS. Al-Hijr: 56).
يَابَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
(Yakub berkata), “Wahai anak-anakku, pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).
ومادة الغفر ترجع إلى الستر، وهو يقتضي وجود المستور واحتياجه للستر، فدلَّ يغفر الذنوب على أن الذنوب ثابتة؛ أي: المؤاخذة بها ثابتة والله يغفرها؛ أي: يزيل المؤاخذة بها، وهذه المغفرة تقتضي أسبابًا، منها: قوله تعالى: ﴿ وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى ﴾ [طه: 82] فكأن قوله: ﴿ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ ﴾ [الزمر: 53] دعوة إلى تطلُّب أسباب هذه المغفرة، فإذا طلبها المذنب حصلت له المغفرة.
Akar kata “الغفر” memiliki kandungan makna menutupi, sehingga kata ini mengharuskan ada hal yang ditutupi dan membutuhkan penutup. Sehingga kata “يغفر الذنوب” (menutup dosa-dosa) mengandung artian bahwa dosa-dosa itu tetap ada dan layak mendapatkan balasannya.
Sedangkan maksud dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala menutup dosa-dosa itu yakni menghilangkan balasan atas dosa itu. Penutupan atau ampunan atas dosa-dosa ini ada sebab-sebabnya, di antaranya adalah yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
“Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.” (QS. Thaha: 82).
Jadi, seakan-akan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS. Az-Zumar: 53).
Merupakan seruan untuk menjalankan sebab-sebab ampunan, sehingga apabila orang yang berdosa menjalankannya, maka ampunan pasti didapatkan.
وقيل: لو صارت الذنوب بأسْرِها مغفورةً لما أمر بالتوبة، فالجواب: أن عندنا التوبة واجبة وخوف العقاب قائم، فإنا لا نقطع بإزالة العقاب بالكلية؛ بل نقول: لعله يعفو مطلقًا، ولعله يعذب بالنار مدة ثم يعفو بعد ذلك.
Jika ada yang mengatakan, “Seandainya semua dosa itu diampuni, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak perlu memerintahkan bertobat!” Maka jawabannya adalah menurut kami tobat itu wajib dan rasa takut terhadap siksaan harus tetap ada, karena kami tidak dapat memastikan siksaan akan dihilangkan sepenuhnya, tapi kita hanya bisa berkata, “Bisa jadi Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni sepenuhnya, dan bisa jadi juga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengazab pelaku dosa di neraka beberapa saat, lalu memberi ampunan setelah itu.”
وهذا الخطاب يشمل المشركين والمؤمنين، فيأخذ كل فريق منه بنصيب، فنصيب المشركين الإنابة إلى التوحيد واتِّباع دين الإسلام، ونصيب المؤمنين منه التوبة إذا أسرفوا على أنفسهم والإكثار من الحسنات، وأمَّا الإسلام فهو حاصل لهم.
Seruan ini mencakup orang-orang musyrik dan beriman, setiap golongan itu mengamalkan sesuai kadarnya masing-masing. Kadar bagi orang-orang musyrik dalam seruan ini adalah kembali kepada tauhid dan menganut agama Islam. Sedangkan kadar bagi orang-orang beriman adalah bertobat jika telah melebihi batas terhadap diri mereka dengan dosa-dosa dan memperbanyak amal kebaikan, adapun agama Islam, maka telah mereka dapatkan.
ومن الفوائد في الآية:
1- أنه سبحانه سمَّى المذنب بالعبد، وهذا يعني أنه لم يطرد، وأنه أهل للرحمة.
2- أنه تعالى أضافهم إلى نفسه بياء الإضافة.
3- أنه تعالى قال: ﴿ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ ﴾ ومعناه: أن ضرر تلك الذنوب ما عاد إليه؛ بل هو عائد إليهم.
4- أنه قال: ﴿ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ﴾ نهاهم عن القنوط، فيكون هذا أمرًا بالرجاء، والكريم إذا أمر بالرجاء فلا يليق به إلا الكرم، ولم يقل: (لا تقنطوا من رحمتي) لكنه قال: ﴿ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ﴾؛ لأن قولنا الله أعظم أسماء الله وأجلها، فالرحمة المضافة إليه يجب أن تكون أعظم أنواع الرحمة والفضل، وكان من الممكن أن يقول: (إنه يغفر الذنوب جميعًا)؛ ولكنه أعاد اسم الله؛ ليدل على المبالغة في الوعد بالرحمة، وقال: ﴿ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴾ لفظ الغفور يُفيد المبالغة في المغفرة، والرحمة تفيد فائدة زائدة على المغفرة، فـ(الغفور) إشارة إلى إزالة موجبات العقاب، و(الرحيم) إشارة إلى تحصيل موجبات الرحمة.
Di antara faedah yang terkandung dalam ayat ini adalah:
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebut pelaku dosa sebagai “hamba”. Ini menunjukkan bahwa orang itu tidak Dia jauhi, dan bahkan masih berhak mendapat rahmat-Nya.
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala menisbatkan pelaku dosa itu kepada diri-Nya dengan berfirman, “hamba-Ku.”
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri (dengan berbuat dosa).” Maknanya mudharat dosa-dosa itu tidak menimpa Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tapi justru menimpa para pelakunya sendiri.
- Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Janganlah berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang para hamba-Nya dari keputusasaan, sehingga ini menjadi perintah untuk terus berharap. Apabila Dzat Yang Maha Pemurah sudah memerintahkan untuk berharap, maka tidak layak bagi-Nya kecuali melimpahkan kemurahan-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak berfirman dengan redaksi, “Jangan berputus asa dari rahmat-Ku” tapi dengan redaksi, “Jangan berputus asa dari rahmat Allah”, karena “Allah” merupakan nama-Nya yang paling agung dan mulia, sehingga rahmat yang disandingkan dengan nama ini pasti menjadi rahmat yang paling agung.
Selain itu, bisa saja Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dengan redaksi, “Sesungguhnya Dia mengampuni dosa-dosa semuanya”, tapi Allah Subhanahu Wa Ta’ala justru mengulangi penyebutan nama-Nya dengan berfirman, “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya” untuk memberi penekanan lebih akan janji-Nya untuk melimpahkan rahmat. Kemudian Dia berfirman, “Sesungguhnya Dia Maha Pengampun Maha Penyayang.”
Dan kata “الغفور” (Maha Pengampun) mengandung makna lebih dalam ampunan. Adapun rahmat mengandung makna yang lebih atas ampunan, sehingga kata “Maha Pengampun” memberi makna penghapusan faktor-faktor yang mendatangkan siksaan, sedangkan kata “Maha Penyayang” memberi makna pemberian faktor-faktor yang mendatangkan rahmat.
ولما فتح لهم باب الرجاء أعْقَبَه بالإرشاد إلى وسيلة المغفرة، فقال: ﴿ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ ﴾ [الزمر: 54]، وهذا أمر بالتوبة، وقد ذكر الزمخشري في الكشاف أن المعنى: (وتوبوا إليه وأسلموا له؛ أي: وأخلصوا له العمل؛ وإنما ذكر الإنابة على أثر المغفرة؛ لئلا يطمع طامع في حصولها بغير توبة).
Ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala membukakan pintu harapan bagi para hamba-Nya, Dia menyebutkan setelahnya petunjuk tentang jalan untuk meraih ampunan, dengan berfirman:
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ
“Dan kembalilah kepada Tuhan kalian.” (QS. Az-Zumar: 54). Ini merupakan perintah untuk bertobat. Az-Zamakhsyari menyebutkan dalam kitab Al-Kasysyaf bahwa maknanya, “(Maksudnya): ‘Dan bertobatlah kepada-Nya dan tuluskanlah amalan untuk-Nya.’ Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan tobat setelah menyebutkan ampunan untuk mencegah agar tidak ada orang yang menginginkan ampunan tanpa tobat.”
وذكر الرازي في تفسيره أن هذا على مذهبه المعتزلي في الوعيد، وهو غلط؛ لأن المغفرة قد تقع ابتداءً؛ يعني: في حق الموحِّدين، وتارة يُعذَّب المذنب مدة في النار، ثم يخرجه الله من النار ويعفو عنه.
Sedangkan Ar-Razi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa itu (penafsiran az-Zamakhsyari) merupakan penafsiran sesuai dengan mazhab mu’tazilah yang beliau anut berkaitan dengan ancaman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan ini keyakinan yang salah, karena terkadang ampunan diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala begitu saja tanpa didahului dengan tobatnya hamba, yakni bagi orang-orang yang bertauhid (tidak menyekutukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala). Namun, terkadang orang yang berdosa juga disiksa dulu di neraka, lalu Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengeluarkannya dari neraka dan mengampuninya.
واعلم أنه تعالى لما خوَّف المشركين والكافرين بالعذاب بيَّن تعالى أن بتقدير نزول العذاب بهم ماذا يقولون، فحكى الله تعالى عنهم ثلاثة أنواع من الاعتذارات الواهية الباطلة:
•الحسرة على التفريط في طاعة الله تعالى، ولم يكفه أن ضيَّع طاعة الله حتى سخر من أهلها، فقال تعالى: ﴿ أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَاحَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ ﴾ [الزمر: 56].
•تمنِّي الهداية والتقوى، قال: ﴿ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ﴾ [الزمر: 57].
•تمني الرجوع والإحسان، قال: ﴿ أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ ﴾ [الزمر: 58].
Ketahuilah bahwa ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengancam orang-orang musyrik dan kafir dengan azab, Dia juga menjelaskan seandainya azab turun kepada mereka, apa yang akan mereka katakan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan gambaran tentang mereka dengan tiga jenis alasan batil yang akan mereka ajukan, yaitu:
- Merasakan penyesalan atas kelalaian mereka dalam menaati Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak hanya melalaikan ketaatan itu, tapi juga menghina orang-orang yang taat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَاحَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ
(Tujuannya) supaya (tidak) ada orang yang berkata, “Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah dan sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah Subhanahu Wa Ta’ala).” (QS. Az-Zumar: 56).
- Berandai-andai dapat meraih hidayah dan ketakwaan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengisahkan ucapan mereka:
لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Seandainya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 57).
- Berangan-angan dapat kembali ke dunia dan berbuat baik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Atau supaya (tidak) ada (pula) yang berkata ketika melihat azab, ‘Seandainya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.’” (QS. Az-Zumar: 58).
وحاصل الكلام أن هذا المقصر أتى بثلاثة أشياء:
أولها: الحسرة على التفريط في الطاعة.
وثانيها: التعلُّل بفقد الهداية.
وثالثها: تمنِّي الرجعة والإحسان.
Kesimpulannya, pembagian ini terangkum dalam tiga hal:
- Penyesalan atas kelalaian dalam melakukan ketaatan.
- Beralasan tidak mendapatkan hidayah.
- Berangan-angan dapat kembali ke dunia untuk berbuat baik.
وقد أجاب الله تعالى عن كلامهم بأن قال التعلُّل بفقد الهداية باطل؛ لأن الهداية كانت حاضرة، والأعذار زائلة، وهو المراد بقوله: ﴿ بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ ﴾ [الزمر: 59]، فبيَّن تعالى أن الحجة عليهم لله؛ لا أن الحجة لهم على الله.
Kemudian AllahSubhanahu Wa Ta’ala menjawab ucapan mereka ini bahwa alasan tidak mendapatkan hidayah adalah alasan yang batil, karena hidayah telah diturunkan, dan alasan-alasan itu sudah tidak punya dalil lagi. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Tidak begitu! Sebenarnya ayat-ayat-Ku telah datang kepadamu, tetapi kamu mendustakannya, menyombongkan diri, dan termasuk orang-orang kafir.” (QS. Az-Zumar: 59).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini bahwa hujahnya justru memberatkan mereka, alih-alih meringankan mereka.
Sumber:
Sumber artikel PDF
🔍 Ziarah Kubur Bagi Wanita, Suami Minum Asi, Memotong Bulu Mata, Amalan Pagar Badan Dari Serangan Gaib, Asal Usul Syekh Siti Jenar
Visited 62 times, 1 visit(s) today
Post Views: 25
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door