Hukum Membeli Perangkat Lunak Komputer Bajakan


حكم شراء برامج الحاسوب المنسوخة

Hukum Membeli Perangkat Lunak Komputer Bajakan

السؤال

عندنا في الجزائر البرامج التي تستعمل في جهاز الكمبيوتر نشتريها من الباعة ، ونعلم أن هذه النسخ التي نشتريها ليست أصلية ، ونعلم أن بيعها أو شراءها غير جائز ؛ لأنها محفوظة الحقوق ، وللعلم لا تصلنا النسخ الأصلية حتى نشتريها ، وغير متوفرة ، فهل عدم توفرها يجيز لنا شراء النسخ غير الأصلية ؟

Pertanyaan:

Di Aljazair, kami membeli program yang dipakai di komputer dari para penjual. Kami tahu bahwa salinan yang kami beli itu bukan asli, dan kami tahu bahwa memperjual belikannya tidak boleh, karena hak ciptanya dilindungi. Perlu diketahui bahwa salinan aslinya tidak sampai kepada kami dan tidak tersedia sehingga bisa kami beli. Apakah ketidaktersediaannya memungkinkan kita membeli salinan yang tidak asli (bajakan)?

الجواب

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، وبعد:أولاً : هذه المسألة هي جزء من مسألة كبيرة تسمى بـ ” الملكية الفكرية ” ، وهي من المسائل التي طال الحديث حولها شرعيّاً ، بل وحتى دوليّاً ؛ نظراً للأهمية التي تترتب عليها ، فهي تشمل الملكية الصناعية التي تحفظ حقوق براءات الاختراع والاكتشافات والأسماء الصناعية ، كما تشمل الملكية الأدبية والفنية التي تشمل حقوق التأليف والتصنيف . والحقيقة أن مثل هذه المسائل النوازل تحتاج إلى دراسة شاملة لجميع الجوانب المتعلقة بها ، سواء كانت تشريعية أو تأصيلية أو اقتصادية أو غير ذلك ، فالأمر تتجاذبه أطراف مختلفة مؤثرة في الحكم ، فكان لا بد من الوقوف على هذه المؤثرات

Jawabannya

Segala puji bagi Allah, dan semoga selawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah.

Pertama, masalah ini merupakan bagian dari masalah yang lebih besar yang disebut dengan “kekayaan intelektual”, yang merupakan salah satu masalah yang telah dibahas panjang lebar dalam perspektif syariat, bahkan di tingkat internasional karena adanya urgensi dalam hal tersebut. Kekayaan intelektual meliputi hak kekayaan intelektual industri, yang melindungi hak paten, penemuan, dan merk industri, serta hak kekayaan intelektual sastra dan seni, yang meliputi hak karya dan komposisi.

Sebenarnya, persoalan kontemporer seperti ini memerlukan kajian yang integral dan komprehensif yang meliputi semua aspek yang terkait dengannya, baik aspek syariat, dasar hukum, ekonomi, maupun yang lainnya, karena persoalan ini berkaitan dengan berbagai sisi yang berpengaruh dalam menentukan hukum, sehingga harus memperhatikan semua sisi-sisi tersebut.

ونحن ننقل هنا فتاوى بعض الهيئات الشرعية المتخصصة في بحث هذه الأمور النوازل

1. قرار المجمع الفقهي التابع لرابطة العالم الإسلامي بمكة المكرمة

” الحمد لله وحده ، والصلاة والسلام على من لا نبيَّ بعده ، سيدنا ونبينا محمد صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم ، أمَّا بعد

فإنَّ مجلس المجمع الفقهي الإسلامي في دورته التاسعة ، المنعقدة بمبنى ” رابطة العالم الإسلامي ” في مكة المكرمة في الفترة من يوم السبت 12 رجب 1406هـ إلى يوم السبت 19 رجب 1406هـ ، قد نظر في موضوع حقوق التأليف لمؤلفي الكتب والبحوث والرسائل العلمية : هل هي حقوق ثابتة مملوكة لأصحابها ، وهل يجوز شرعاً الاعتياض عنها ، والتعاقد مع الناشرين عليها ، وهل يجوز لأحدٍ غير المؤلف أن ينشر كتبه وبحوثه ويبيعها دون إذنه ، على أنَّها مباحة لكلِّ أحدٍ ، أو لا يجوز ؟ وعرض على المجلس التقارير والدراسات التي هيأها في هذا الشأن بعض أعضاء المجلس ، وناقش المجلس أيضاً رأي بعض الباحثين المعاصرين ، من أنَّ المؤلِّف ليس له حقٌّ مالي مشروع فيما يؤلِّفه أو ينشره من كتب علمية ، بحجَّة أنَّ العلم لا يجوز شرعاً حجره عن الناس ، بل يجب على العلماء بذله ، ومن كتم علماً ألْجَمَهُ الله تعالى يوم القيامة بلجام من نارٍ ، فلكلِّ من وصل إلى يده بطريق مشروع نسخة من كتابٍ لأحد المؤلفين ، أن ينسخه كتابةً ، وأن ينشره ويتاجر بتمويل نشره ، وبيع نسخه كما يشاء ، وليس للمؤلف حقُّ منعه . ونظر المجلس في الرأي المقابل ، وما نشر فيه عن حقوق الابتكار ، وما يسمى الملكية الأدبية والملكية الصناعية ، من أنَّ كل مؤلِّف لكتاب أو بحث أو عمل فنيٍّ أو مخترعٍ لآلة نافعة له الحق وحده في استثمار مؤلَّفه أو اختراعه ، نشراً وإنتاجاً وبيعاً ، وأن يتنازل عنه لمن شاء بعوض أو غيره ، وبالشروط التي يوافق عليها ، وليس لأحدٍ أن ينشر الكتاب المؤلَّف أو البحث المكتوب بدون إذن صاحبه ، ولا أن يُقَلِّد الاختراع ويتاجر به دون رضى مخترعه

وانتهى المجلس بعد المناقشة المستفيضة إلى القرار التالي

Kami kutipkan di sini beberapa fatwa lembaga agama yang berspesialisasi di bidang pembahasan masalah kontemporer:

1. Pernyataan Akademi Fikih Islam di bawah Liga Muslim Dunia di Makkah al-Mukarramah:

Segala puji hanya milik Allah semata, selawat dan salam semoga dilimpahkan kepada orang yang tiada lagi Nabi setelahnya, junjungan dan Nabi kami, Muhammad shallallāhu ʿalaihi wa sallam. Adapun berikutnya, bahwa Dewan Akademi Fikih Islam dalam sidangnya yang kesembilan yang diselenggarakan di Gedung Liga Muslim Dunia di Makkah al-Mukarramah, yang dimulai hari pada Sabtu, 12 Rajab 1406 H, sampai dengan hari Sabtu, 19 Rajab 1406 H, telah membahas masalah hak cipta bagi para pengarang buku, hasil penelitian, dan karya ilmiah.

Apakah hak-hak tersebut sah dan dimiliki oleh para pengarang dan apakah dibolehkan secara syariat untuk mendapatkan bayaran darinya serta membuat akad dengan penerbit?

Apakah dibolehkan bagi siapa pun selain pengarang untuk menerbitkan buku-buku dan hasil penelitiannya lalu memperjualbelikannya tanpa seizinnya atas dasar bahwa hal itu boleh (dimanfaatkan) oleh siapa saja ataukah tidak boleh?

Dipresentasikan kepada dewan majelis pembahasan-pembahasan dan kajian-kajian tentang masalah-masalah ini yang telah disiapkan oleh sebagian anggota dewan majelis. Peserta majelis juga telah mendiskusikannya pandangan sebagian peneliti kontemporer yang menyatakan bahwa pengarang tidak memiliki hak finansial yang sah secara syariat atas buku-buku ilmiah yang telah ditulis atau disebarkannya, dengan hujah bahwa menurut syariat, ilmu tidak boleh dibatasi aksesnya kepada manusia, bahkan orang yang berilmu harus menyebarluaskannya, dan pada hari kiamat Allah akan memasang kekang dari api neraka bagi orang yang menyembunyikan ilmu.

Jadi, bagi siapa saja yang memperoleh salinan buku dari salah seorang pengarang dengan cara yang dibenarkan syariat, atau menyalinnya dengan menulisnya, menerbitkannya, memperjualbelikannya karena membiayai penerbitannya, dan menjual sekehendaknya, maka bagi pengarang tidak berhak untuk melarangnya. 

Dewan majelis juga mempelajari pandangan yang berlawanan dan pembahasan tentang hak paten serta perkara yang diistilahkan dengan kepemilikan sastra dan kepemilikan industri, bahwa setiap penulis buku, penelitian, karya seni, atau penemuan alat yang berguna memiliki hak eksklusif untuk mendapatkan keuntungan finansial dari karangan atau penemuannya, baik dari sisi penerbitannya, pembuatannya, atau penjualannya, dan bisa memberikan hak tersebut kepada siapa pun yang dikehendakinya dengan kompensasi atau yang lain sebagainya dan dengan syarat yang telah disepakati, dan bahwa tidak ada seorang pun yang berhak menerbitkan buku, karangan, atau penelitian yang ditulis tanpa persetujuan penulis, maupun meniru suatu penemuan lalu memperjualbelikannya tanpa persetujuan penemunya.

Setelah diskusi yang menyeluruh, dewan mencapai kesimpulan sebagai berikut:

أولاً : إنَّ الكتب والبحوث قبل ابتكار طرق النشر بالمطابع التي تخرج منه الآلاف المؤلَّفة من النسخ ، حين لم يكن في الماضي وسيلة لنشر الكتاب إلاَّ الاستنساخ باليد ، وقد يقضي الناسخ سنوات في استنساخ كتابٍ كبير ليخرج منه نسخة واحدة ، كان الناسخ إذ ذاك يخدم العالم المؤلِّف حينما ينسخ بقلمه نسخة أو عدَّة نسخ لولاها لبقي الكتاب على نسخة المؤلِّف الأصلية معرَّضاً للضياع الأبدي إذا تلفت النسخة الأصلية ، فلم يكن نسخ الكتاب عدواناً على المؤلِّف ، واستثماراً من الناسخ لجهود غيره وعلمه ، بل بالعكس ، كان خدمة له ، وشهرة لعلمه ، وجهوده

  1. Bahwa buku-buku dan penelitian, sebelum ditemukannya metode penyebaran dengan percetakan modern yang dapat menghasilkan ribuan eksemplar salinan, ketika sebelumnya belum ada cara lain untuk menyebarkan buku kecuali dengan cara menyalin dengan tangan, yang terkadang mengharuskan si penyalin menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyalin satu buku yang besar untuk menghasilkan satu eksemplar saja.

    Si penyalin dengan begitu telah berkhidmat kepada cendekia penulisnya ketika dia menyalin dengan alat tulisnya satu eksemplar atau beberapa eksemplar, yang  jika tidak demikian, tentu buku tersebut akan tetap berupa salinan asli si penulis, yang rentan hilang selamanya jika salinan aslinya rusak. Jadi, menyalin buku bukanlah pelanggaran terhadap si penulis dan bukan menjadi keuntungan pribadi bagi penyalin atas usaha dan ilmu orang lain, justru sebaliknya, ia berkhidmat kepadanya serta menyebarkan pengetahuan dan usahanya.

ثانياً : أمَّا بعد ظهور المطابع فقد أصبح الأمر معكوساً تماماً ، فقد يقضي المؤلِّف معظم عمره في تأليف كتاب نافعٍ ، وينشره ليبيعه ، فيأخذ شخصٌ آخر نسخة منه فينشرها بالوسائل الحديثة طبعاً وتصويراً ، ويبيعه مزاحماً مؤلِّفَهُ ومنافساً له ، أو يوزِّعه مجاناً ليكسب بتوزيعه شهرة ، فيضيع تعب المؤلِّف وجهوده ، ومثل ذلك يقال في المخترع . وهذا مما يثبط همم ذوي العلم والذكاء في التأليف والاختراع ، حيث يرون أنَّ جهودهم سينهبها سواهم متى ظهرت ونزلت الميدان ، ويتاجر بها منافساً لهم من لم يبذل شيئاً مما بذلوه هم في التأليف أو الابتكار . فقد تغيَّر الوضع بتغيُّر الزمن وظهور المستجدات فيه ، مما له التأثير الأساسي بين ما كان وما صار ، مما يوجب نظراً جديداً يحفظ لكل ذي جهد جهده وحقَّه . فيجب أن يعتبر للمؤلِّف والمُخْتَرِعِ حقٌّ فيما ألَّف أو ابتكر ، وهذا الحقُّ هو ملك له شرعاً ، لا يجوز لأحدٍ أن يسطو عليه دون إذنه

  1. Adapun setelah ditemukannya mesin cetak, justru yang terjadi adalah kebalikannya: penulis bisa saja menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menulis buku yang bermanfaat, lalu menerbitkan dan menjualnya, kemudian ada orang lain yang mendapatkan salinannya darinya dan menerbitkannya dengan berbagai alat cetak dan fotokopi modern, lalu ia dapat menjualnya sehingga menjadi saingan dan rival bagi penulis atau dia mendistribusikannya secara gratis agar mendapatkan popularitas melalui pendistribusian tersebut, sehingga jerih payah dan usaha penulis terabaikan.

    Hal yang sama juga berlaku kepada seorang penemu. Hal ini dapat membuat hilangnya tekad orang-orang yang punya ilmu dan kecerdasan atau karya serta penemuan, karena mereka tahu bahwa jerih payah mereka akan dicuri begitu saja oleh orang lain ketika sudah muncul dan diturunkan ke lapangan, yang diperjualbelikan lalu menyaingi mereka tanpa melakukan usaha yang telah dilakukannya dalam mengarang atau menemukan.

    Jadi, keadaan terkadang berubah dengan perubahan zaman serta munculnya cara dan metode baru, yang berdampak besar pada perubahan sesuatu di zaman dahulu dan di masa mendatang, yang mengharuskan adanya pengkajian ulang demi menjaga hak dan usaha orang yang memiliki hak dan usaha. Pengarang dan penemu harus memiliki hak atas apa yang telah mereka tulis dan ciptakan, yang mana secara syariat hak ini merupakan hak mereka. Tidak boleh bagi siapa pun untuk mengambil darinya tanpa izin, dengan syarat bahwa buku atau penelitian tersebut tidak menyebarkan hal-hal yang mungkar secara syariat, bidah, atau kesesatan apa pun yang bertentangan dengan syariat Islam. Jika demikian, maka harus dimusnahkan dan tidak boleh diterbitkan.

 وذلك بشرط أن يكون الكتاب أو البحث ليس فيه دعوة إلى منكر شرعاً ، أو بدعة أو أيِّ ضلالة تنافي شريعة الإسلام ، وإلاَّ فإنَّه حينئذٍ يجب إتلافه ، ولا يجوز نشره .وكذلك ليس للناشر الذي يتَّفق معه المؤلِّف ولا لغيره تعديل شيءٍ في مضمون الكتاب ، أو تغيير شيءٍ دون موافقة المؤلِّف ، وهذا الحقُّ يورَث عن صاحبه ، ويتقيَّد بما تقيِّده به المعاهدات الدولية والنظم والأعراف التي لا تخالف الشريعة ، والتي تنظِّم هذا الحق وتحدِّده بعد وفاة صاحبه تنظيماً وجمعاً بين حقِّه الخاصِّ والحقِّ العامِّ ؛ لأنَّ كل مؤلِّف أو مخترعٍ يستعين بأفكار ونتاج من سبقوه ، ولو في المعلومات العامة ، والوسائل القائمة قبله .أمَّا المؤلِّف أو المخترع الذي يكون مستأجراً من إحدى دور النشر ليؤلِّف لها كتاباً ، أو من إحدى المؤسسات ليخترع لها شيئاً لغاية ما : فإنَّ ما ينتجه يكون من  حقِّ الجهة المستأجرة له ، ويتبع في حقِّه الشروط المتَّفق عليها بينهما ، مما تقبله قواعد التعاقد . والله ولي التوفيق ، وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ” انتهى . نقلا عن ” فقه النوازل ” للدكتور محمد بن حسين الجيزاني ( 3 / 127 – 129 )

Demikian pula, baik penerbit atau orang lain yang telah melakukan kesepakatan dengan penulis tidak boleh  merevisi isi buku atau mengubah apa pun tanpa persetujuan pengarang. Hak ini dapat diwariskan dari pengarang, yang terikat dengan berbagai kebiasaan, hukum, dan praktik yang tidak bertentangan dengan syariat, yang mengatur dan membatasi hak ini setelah pengarang meninggal dunia demi mengatur dan menjamak hak-hak individu dan hak-hak masyarakat umum, karena setiap pengarang dan penemu pasti terinspirasi dengan ide-ide dan produk-produk orang-orang sebelumnya, meskipun hanya berupa pandangan umum atau sarana yang sudah ada sebelumnya.

Adapun penulis atau penemu yang dibayar oleh penerbit untuk menulis buku untuk penerbit tersebut atau oleh salah satu lembaga untuk menciptakan sesuatu untuknya untuk tujuan tertentu, maka apa yang dihasilkannya menjadi hak lembaga yang mempekerjakannya, yang pada hak tersebut ada berbagai ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang sesuai dengan kaidah-kaidah perjanjian.

Taufik hanya milik Allah. Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada junjungan kita, Muhammad, dan keluarga serta para Sahabat beliau. Selesai kutipan dari Fiqhu al-Nawāzil karya Dr. Muhammad bin Husain al-Jirani (3/127-129).

2. قرار مجمع الفقه الإسلامي بجدة ، التابع لمنظمة المؤتمر الإسلامي

جاء في ” قرارات وتوصيات مجمع الفقه الإسلامي ” ( 94 ) ما يلي : إنَّ مجلس مجمع الفقه الإسلامي المنعقد في دورة مؤتمره الخامس بالكويت ، من 1 إلى 6 جمادى الأولى 1409هـ ( الموافق 10 إلى 15 كانون الأول (ديسمبر) 1988م ، بعد اطلاعه على البحوث المقدَّمة من الأعضاء والخبراء في موضوع ( الحقوق المعنوية ) ، واستماعه للمناقشات التي دارت حوله ، قرَّر ما يلي

أولاً : الاسم التجاري ، والعنوان التجاري ، والعلامة التجارية ، والتأليف والاختراع أو الابتكار هي حقوق خاصَّةٌ لأصحابها ، أصبح لها في العرف المعاصر قيمة مالية معتبرة لتموُّل الناس لها ، وهذه الحقوق يعتدُّ بها شرعاً ، فلا يجوز الاعتداء عليها

ثانياً : يجوز التصرُّف في الاسم التجاري أو العنوان التجاري أو العلامة التجارية ، ونقل أيٍّ منها بعوض ماليٍّ إذا انتفى الغرر والتدليس والغش ، باعتبار أنَّ ذلك أصبح حقَّاً ماليّاً

ثالثاً : حقوق التأليف والاختراع أو الابتكار مصونة شرعاً ، ولأصحابها حقُّ التصرُّف فيها ، ولا يجوز الاعتداء عليها ، والله أعلم ” انتهى

2. Pernyataan Dewan Fikih Islam di Jeddah, di bawah Organisasi Konferensi Islam. Disebutkan dalam Ketetapan dan Wasiat  Dewan Fikih Islam (94) sebagai berikut: 

Bahwa Majelis Dewan Fikih Islam yang diselenggarakan pada sidang dalam konferensi kelima di Kuwait dari tanggal 1 hingga 6 Jumadil Ula 1409 H (bertepatan dengan 10 hingga 15 Desember 1988 M), setelah menelaah makalah-makalah yang disampaikan oleh para anggota dan para ahli tentang topik “hak-hak nonmateriel” dan menyimak diskusi yang dibahas tentang topik tersebut, maka ditetapkan hal-hal berikut:

  1. Nama dagang, nama perusahaan, merek dagang, karya tulis, dan penemuan atau invensi merupakan hak cipta eksklusif bagi penemunya, yang dalam praktik modern telah menjadi nilai ekonomis yang diakui untuk diambil keuntungannya oleh manusia. Hak-hak ini dihormati oleh syariat dan tidak boleh dilanggar.
  2. Boleh memanfaatkan nama dagang, nama perusahaan, atau merek dagang, dan mengalihkan apa pun darinya dengan imbalan finansial, asalkan tidak ada unsur penipuan, penyimpangan, dan kecurangan, dengan pertimbangan bahwa itu telah menjadi hak finansial.
  3. Hak atas karya tulis, penemuan, dan invensi dilindungi secara syariat dan bagi pemiliknya berhak memanfaatkannya, serta tidak seorang pun boleh melanggarnya. Allah yang lebih mengetahui. Selesai kutipan.

3. قرار اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء في المملكة العربية السعودية

سئل علماء ” اللجنة الدائمة ” ( 13 / 188 ) ما يلي : أعمل في مجال الحاسب الآلي ، ومنذ أن بدأت العمل في هذا المجال أقوم بنسخ البرامج للعمل عليها ، ويتم ذلك دون أن أشتري النسخ الأصلية لهذه البرامج ، علمًا بأنه توجد على هذه البرامج عبارات تحذيرية من النسخ ، مؤداها : أن حقوق النسخ محفوظة ، تشبه عبارة ( حقوق الطبع محفوظة ) الموجودة على بعض الكتب ، وقد يكون صاحب البرنامج مسلمًا أو كافرًا ، وسؤالي هو : هل يجوز النسخ بهذه الطريقة أم لا ؟ . فأجابوا : ” لا يجوز نسخ البرامج التي يمنع أصحابها نسخها ، إلا بإذنهم ؛ لقوله صلى الله عليه وسلم : ( المسلمون على شروطهم ) ؛ ولقوله صلى الله عليه وسلم : ( لا يحل مال امرئ مسلم إلا بطيبة من نفسه ) ؛ وقوله صلى الله عليه وسلم : ( من سبق إلى مباح فهو أحق به ) ، سواء كان صاحب هذه البرامج مسلماً أو كافراً غير حربي ؛ لأن حق الكافر غير الحربي محترم كحق المسلم ، وبالله التوفيق ” انتهى

3. Pernyataan Komite Tetap Urusan Penelitian Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi.

Para ulama anggota Komite Tetap (13/188) pernah ditanya sebagai berikut: “Saya bekerja di bidang komputer, dan sejak saya mulai bekerja di bidang ini, saya telah membuat salinan program untuk bekerja dengan komputer tersebut. Saya telah melakukan itu tanpa membeli salinan asli dari program-program tersebut. Perlu diketahui bahwa dalam program-program tersebut memuat peringatan terhadap penyalinannya, yang menyatakan ‘all rights reserved’ (semua hak cipta dilindungi undang-undang), yang serupa dengan ‘hak penerbitan dilindungi undang-undang’ yang ada di sebagian buku. Pemilik program tersebut mungkin seorang muslim atau kafir. Pertanyaan saya adalah: ‘Apakah boleh membuat salinan dengan cara ini atau tidak?’”  

Mereka menjawab bahwa tidak boleh membuat salinan program yang pembuatnya telah melarang pembuatan salinannya, kecuali dengan izin mereka, berdasarkan sabda Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam “Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka.” Juga berdasarkan sabda beliau shallallāhu ʿalaihi wa sallam, “Tidaklah halal harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan hatinya.” Juga sabda beliau shallallāhu ʿalaihi wa sallam, “Barang siapa yang mendahului dalam perkara mubah, maka dialah yang lebih berhak atasnya.” Baik pembuat program tersebut seorang muslim atau kafir, asalkan bukan kafir harbi, karena hak orang kafir yang bukan harbi hukumnya haram (dilanggar) sebagaimana hak-hak seorang muslim. Selesai kutipan dari Fatāwā al-Lajnah ad-Dāimah, 13/188.

وبناء على ما سبق فلا يجوز لأحد أن ينسخ شيئاً مما حُفظت حقوق نسخه لأصحابه ، كما لا يجوز شراء شيء مما نُسخ من هذه البرامج من غير إذن أصحابها ، ومع سهولة وسائل الاتصال اليوم لم يعد هناك ما يصعب تحصيله وشراؤه ، فالبرامج الأصلية موجودة ولا بد في الوكالات الرسمية لأصحاب تلك الشركات ، كما أنها موجودة في مواقع الشركات نفسها على الإنترنت ، ويمكن بكل سهولة شراؤها وتحصيلها من تلك الأماكن

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tidak seorang pun diperbolehkan menyalin sesuatu yang telah dilindungi hak ciptanya untuk pemiliknya, sebagaimana juga tidak diperbolehkan membeli sesuatu yang disalin dari program tersebut tanpa izin dari pemiliknya. Dengan kemudahan komunikasi saat ini, tidak ada yang sulit untuk memperoleh izin dan membelinya. Jadi, program aslinya tersedia dan harusnya ada di agen resmi milik perusahaan tersebut, sebagaimana juga tersedia di situs web perusahaan tersebut di Internet, dan sangat mungkin dengan mudah dibeli dan diperoleh dari tempat-tempat tersebut.

ثانياً

يرى بعض علمائنا المحققين حرمة هذا الأمر إذا كان بقصد التجارة ، وأما من اقتنى نسخة لنفسه : فالأمر جائز ، وهو قول وسط بين المانعين بالكلية ، والمبيحين بالكلية . وقد سبق في جواب السؤال رقم ( 21927 ) إجابة مختصرة لهذه المسألة عن الشيخ سعد الحميِّد ، فيها التفصيل التالي : ” نسخ كتاب أو قرص بغرض المتاجرة ومضارّة صاحبه الأصلي : لا يجوز ، أما إذا نسخ الإنسان نسخة واحدة لنفسه : فنرجو ألا يكون بذلك بأس ، وتركه أولى وأحسن ” انتهى .وهذه فتوى للشيخ ابن عثيمين موافقه لها : السؤال : فضيلة الشيخ ! هل يجوز نسخ برامج الحاسب الآلي مع أن الشركات تمنع ذلك والنظام ؟ وهل يعتبر ذلك احتكاراً وهي تباع بأسعار غالية ، وإذا نسخت تباع بأسعار رخيصة ؟

Kedua, sebagian ulama muḥaqqiq kita berpendapat haramnya hal ini jika tujuannya adalah untuk perdagangan. Adapun orang yang memiliki salinannya untuk dirinya sendiri, maka hal itu dibolehkan. Ini merupakan pendapat pertengahan antara mereka yang melarangnya sepenuhnya dan mereka yang mengizinkannya sepenuhnya. Dalam jawaban soal nomor 21927, jawaban singkat atas masalah ini diberikan oleh Syekh Saad Al-Humaid, yang di dalamnya terdapat perincian sebagai berikut: “Tidak boleh menyalin buku atau kaset untuk tujuan memperjualbelikan dan merugikan pemilik aslinya. Akan tetapi, jika seseorang memperbanyak satu eksemplar untuk dirinya sendiri, kami berharap hal itu tidak mengapa, tetapi meninggalkannya lebih utama dan lebih baik.” Selesai kutipan. 

Berikut adalah fatwa Syekh Ibnu Utsaimin yang senada dengan fatwa tersebut. Pertanyaan: “Wahai Syekh Yang Mulia, apakah boleh menyalin program komputer meskipun perusahaan dan hukum telah melarangnya? Apakah ini dianggap monopoli, karena dijual dengan harga tinggi, dan jika disalin (dibajak), bisa dijual dengan harga rendah?” 

فأجاب : القرآن ؟

السائل : برامج الحاسب الآلي عموماً

الشيخ : القرآن ؟

السائل : القرآن ، وغير القرآن ، والحديث ، وبرامج أخرى كثيرة

الشيخ : يعني : ما سجل فيه ؟

السائل : ما سجل في الأقراص

الشيخ : أما إذا كانت الدولة مانعة : فهذا لا يجوز ؛ لأن الله أمر بطاعة ولاة الأمور ، إلا في معصية الله ، والامتناع من تسجيلها ليس من معصية الله ، وأما من جهة الشركات : فالذي أرى أن الإنسان إذا نسخها لنفسه فقط : فلا بأس ، وأما إذا نسخها للتجارة : فهذا لا يجوز ؛ لأن فيه ضرراً على الآخرين ، يشبه البيع على بيع المسلم ؛ لأنهم إذا صاروا يبيعونه بمائة ونسختَه أنت وبعته بخمسين : هذا بيع على بيع أخيك

السائل : وهل يجوز أن أشتريها بخمسين من أصحاب المحلات وهو منسوخ

الشيخ : لا يجوز ، إلا إذا قدم لك أنه مأذون له ، وأما إذا لم يقدم : فهذا تشجيع على الإثم والعدوان

السائل : إذا لم يؤذن له هو – جزاك الله خيراً – ؟

الشيخ : وإذا كنت أيضاً لا تدري ، أحياناً الإنسان لا يدري يقف على هذا المعرض ويشتري وهو لا يدري ، هذا لا بأس به ، الذي لا يدري ليس عليه شيء

” لقاءات الباب المفتوح ” ( 178 / السؤال رقم 6 )

ولمزيد من الفائدة راجع جواب السؤال رقم (52903) . والله أعلم

Dijawab : Al-Quran?

Penanya : Program komputer secara umum.

Penanya : Al-Quran, juga selain Al-Quran, hadis, dan masih banyak lagi program lainnya.

Syekh : Yakni yang tersimpan? 

Penanya : Tidak disimpan dalam kaset.

Syekh : Adapun jika negara melarangnya, maka ini tidak boleh. Karena Allah telah memerintahkan ketaatan kepada pemerintah, kecuali jika menyuruh kemaksiatan. Menahan diri dari menyalinnya bukanlah bentuk kemaksiatan kepada Allah. Sedangkan (larangan) dari sisi perusahaannya, maka menurutku jika seseorang menyalinnya untuk dirinya sendiri saja tidaklah mengapa. Adapun jika ia menggandakannya untuk diperdagangkan, maka hal itu tidak diperbolehkan, karena hal itu mendatangkan mudarat kepada orang lain, seperti penjualan di atas penjualan muslim lain, karena jika mereka menjualnya seharga seratus dan Anda menyalinnya dan menjualnya seharga lima puluh, maka ini termasuk penjualan di atas penjualan saudara Anda.

Penanya : Apakah dibolehkan bagi saya membelinya dengan harga lima puluh dari pedagang, yakni versi salinannya (bajakannya)?

Syekh : Tidak boleh, kecuali jika dia memberi tahu Anda bahwa dia telah diberi izin. Namun jika dia tidak bisa menunjukkannya, maka itu adalah kesembronoan dalam dosa dan pelanggaran.

Penanya : Jika tidak diizinkan? Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.

Syekh : Jika Anda sendiri juga tidak tahu, kadang seseorang tidak tahu, dia mampir di pameran ini dan membeli tanpa tahu apa-apa, maka ini tidak mengapa, karena yang tidak tahu tidaklah punya tanggungan apa pun. Liqāʾ al-Bābil al-Maftūḥ (178/Pertanyaan No. 6)

Untuk tambahan faedah, silakan lihat jawaban Pertanyaan No 52903. Allah Yang lebih mengetahui.

Sumber:

شراء برامج الحاسوب المنسوخة

Sumber artikel PDF

🔍 Fasiq Adalah, Hukum Dropship Erwandi, Cara Melagukan Al Quran, Bacaan Bacaan Ruqyah, Iradah Artinya

Visited 16 times, 9 visit(s) today


Post Views: 6

QRIS donasi Yufid



Game Center

Game News

Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime

Gaming Center